PENATAAN LAMPU TENDA UTAMA PANGGUNG

PENATAAN LAMPU TENDA UTAMA PANGGUNG PENATAAN LAMPU TENDA UTAMA PANGGUNG

KONSTRUKSI RIGGING UNTUK LIGHTING

KONSTRUKSI RIGGING UNTUK LIGHTING KONSTRUKSI RIGGING UNTUK LIGHTING

COUNTER STAGE LA LIGHTS

COUNTER STAGE LA LIGHTS COUNTER STAGE LA LIGHTS

PANGGUNG TAMPAK DARI DEPAN

PANGGUNG TAMPAK DARI DEPAN PANGGUNG TAMPAK DARI DEPAN
Latest News

ASA

Posted by pentas pekanbaru on Minggu, 23 Januari 2011 , under | komentar (0)



Ebun di hausnya gobi
sampanye di pestanya kaisar
lollipop ditangan balita-balita
yang tak tergantikan oleh mimik yang mulai pahit
ketika undangan makan yang tidak ditampik dua kali
basa-basi jadi usang dari kelayaan
pandawa jadi kurawa
nener tidak lagi di air
dan tepian tidak lagi punya perahu
daun dan batang jadi batunya sungai
plangton tidak lagi jadi makanan paus
satu tidak lagi bernilai tunggal
fatamorgana penuh ditengah sahara hijau
harakiri bukanlah pilihan
langit lah penantian
Nasrullah,( M.Art FIM)
4 mei 2009



M A R T
Lahir
Dari
Sunyinya perang yang tak pernah pecah
bom bom dikebiri, dalam ledakan
senapan laras panjang yang tak meletup, jadi hiasan
anak-anak panah tak berbusur, jadi kebanggaan
tali kekang tersimpul mati, jadi kuda tunggangan
pasukan perang yang tak diberangkatkan
tawanan perang yang tak di tebus dalam kungkungan
Dari
Rumah-rumah tua tak berpintu dalam ketukan
jendela jendela yang terkunci jadi intipan
Tangga-tangga yang terlalu panjang untuk ditapak
Panggung-panggung terpanggang api kesunyian
Dimenara-menara gading yang melenakan
Bola-bola yang tak lagi bergulir
Air tak mengalir
Biola tak lagi digesek
Dari
Tanya tak terjawab
Surat-surat tak berbalas
Pesan-pesan tak terbaca
Kata cinta yang tak pernah terucap
Burung-burung patah sayap
Berminpi untuk terbang
Dari
Bias cahaya dari jauh
selera yang tertahan lama
rasa lapar yang tak terpuasa kan
sahurnya dimana
entah berbukanya
Lahir
Dari
Laparnya Dahaga
Tersengat, yang berbisa harap
Bapak-bapak muda tak bernama
Cok daulay tak berdaulat berharap religi
Hidung Nenas panas bebulu gatal
Murthawi yang tak murtad dari puisi
Topan yang berhembus dalam semilir
Bule-bule kecil nakal dari timur
Datuk-datuk yang tak mau dilewakan

Lahir
Dari
Kandungan bapak-bapak yang tak keibuan
Prematur yang berharap hidup lama
Dari napas-napas, pendakian panjang
Bagai ficus di tembolok murai
Tumbuh dalam pot terpisah
Merangkai tangga naik, di penurunan
Mengayam jembatan perantara
Membakar puntung-puntung pengapian
Menunggui rumah-rumah tua yang di tinggalkan
Menggali perigi-perigi di dalam keangkuhan
Mengaliri ladang-ladang
Sawah-sawah yang tak lagi berlumpur
kembali berbulir
di kerumunan pipit
disuatu pagi Nasrullah,( M.Art FIM)
10 mei 2009

BENING
Andai ada warna yang membentang
Antara Tebing hitam dan putih
Tak harus turun kejurang, berkubang lumpur abu-abu
Berharap bening sebagai warna


Nasrullah,( M.Art FIM)
13 mei 2009




KATA
Kata demi kata
Mengaliri relung-relung
Mendesah resah tak terarah
Kata demi kata mengalir tak tertuliskan
Tak melidah diujung bibir, yang getir…
Pengap, mengendap menunggu luap yang tak sedap
Bertiup, redup, meletup di hati yang mulai tak hidup
Mengelam, hitam di makam-makam

Kata-kata mengalir, membanjir
Menumpuk mengelembung menggila di otak yang berontak
Memenuhi ruang-ruang penghalang
Kata mengalir makin deras , getir, ketir, keriiiing
Meretak, meretas otak, menggelegak memecah udara dalam jumawa
Raaak. Raaaak. Raaaaak …..Duuaaaaarrr..
Kata-kata menyerpih seperti buih, mengudara
Menyirat hasrat yang tak munajat
Kata-kata khianat , bejat, berkarat
Menderas bak hujan, memenuhi otak-otak, berontak
Melayang terbang , menyerak, serak , memenuhi hamparan
Mengelegarr , halilintar, Kasar..
Merona meraaaaaah, mengurat daraaaah..
Kata-kata pecaaaah…buncah menyerapah
Memetir memercik api perang, tanpa genderang,

Kata-kata terus mengalir


Nasrullah,( M.Art FIM)
13 mei 2009



Dalam renung ku…
Berharap….
berjalan
Dikemiringan tanpa tergelincir
Melangkah
Di api tanpa hagus terbakar
Merancah Hitamnya lumpur tanpa bercak noda
Larut dikesedihan tanpa derai air mata
Terluka tanpa lelehan darah
Pancung yang tak memenggal kepala
Harap …
Lecutan-lecutan yang tak memburat pedih
Menapak tanpa merangkak
Mendaki terjalnya karang tak melepuhkan tapak kaki
Merambah semak berduri tanpa goresan
Pada pendakian panjang yang tak menyesakkan napas
Harap…
Berlayar tanpa gelombang-gelombang yang memecah biduk
Berenang tak kuyup yang membasahi tubuh
Harap itu Tak kutemukan
Tak kudapat sampai hari ini
Tiba-tiba
aku
Terjerembab
Terdiam
Tenggelam
dalam kadar rasa sakit yang makin menipis dan menipis
tanpa tangis
keluh lah jadi nyanyian yang indah
terang yang benderang
yang membuka pintu-pintu
begitu bening……
dalam hamparan keluasan arif yang kian hidup

Nasrullah,( M.Art FIM)
18 mei 2009

UNDANGAN ULANG TAHUN DARI CUCU SEORANG TEMAN

Posted by pentas pekanbaru on , under | komentar (0)



Hari ini 19 april 2023 kakek FIM menuju rumah seorang teman memenuhi undangan, Katanya cucune ulang tahun yang ke-6, Membathin sikakek tahun bertukar musim berganti setiap pergantian tahun dan musim umurku bertambah setahun dari dari tahun kemarin, Sesaat sikakek hanyut pada satu keadaan tanpa disadarinya sikakek semakin larut dan melebur dengan alam sekitar, Alam punya bahasanya sendiri untuk dipahami dengan komunikasi berupa symbol, Sinyal, Tanda-tanda untuk mengirim pesan yang hanya bisa dipahami ketika simanusianya mau memahami alam tersebut,
Si Kakek memperbaiki posisi peci yang menutupi rambut yang tampak semakin bersih putihnya, dibandingkan lahun lalu yang sedikit abu-abu. Tiba-tiba ada suara yang didengar telinga si Kakek entah telinga yang mana, Berkata pohon kecil disampingnya, Sekarang aku lebih besar dari tahun lalu, Karena aku terus tumbuh dan membesar dan tidak diganggu, Pohon-pohon besar di sekelilingkupun tidak pernah menghalangi ku untuk tumbuh lebih besar dan lebih besar lagi, pada tahun berikutnya, Begitu alami tak ada kecemburuan antara kami seperti yang ada dalam kehidupan manusia, Atau karena kami tidak punya “ Perasaan? Mungkin.
Sekarang tanduk dan janggutku lebih panjang dari tahun kemaren kata Si Kambing sambil makan daun pohon yang katanya tidak punya perasaan, Berkata pula Si Aspal yang yang katanya asli tapi palsu, Sekarang aku lebih jelek dari tahun lalu banyak retak dan lobang, Dari tahun-ketahun bebanku bertambah Sementara kekuatanku makin berkurang dan warna hitamku semakin pudar, Karena aku “Aspal” Katanya lagi dan aku mempunyai garis putih di tengah-tengah katanya untuk pembatas tetapi lebih sering terputus-putus entah apa maksudnya.
Bersuara pula sebuah pohon akasia tua yang pernah menjadi “Primadona” pada masa lalu sebagai pohon Penghijauan didalam kota-kota besar Di Negara ini, dulu aku primadona cantik diminati dan banyak teman, Aku tumbuh dan berkembang cepat sekali hanya dalam dua-tiga tahun aku sudah menghijaukan kota-kota Di Negeri ini, Tidak berapa lama aku menikmati ini sampai kemudian tuduhan ditujukan kepadaku, sebagi perusak oksigen, pembuat sampah, dan menghancurkan trotoar tempat aku tumbuh, sekarang masa jayaku sudah hilang dan dilupakan, DaunKu dahanKu dan rantingku yang dulu kokoh, Makin kering dan mengecil lahan tempatku hidupku makin sempit dan pengap masa jayaku sudah lewat, Benar kata Si Trotoal yang berwarna hitam putih yang mulai kabur ikut berkata, Aku hidup sezaman dengan nya, Primadona perusak katanya lagi.
Tahun ini banyak hujan kata sebuah suara, hanya dimusim hujan ini kami bisa istirahat dengan tenang kata sipohon karet ikut bersuara, pada cuaca panas tubuh kami Di sayati dengan pisau-pisai bengkok, Tubuh kami penuh luka yang yang dibiarkan berdarah, apa kami tidak dehidrasi katanya lagi, kami adalah pohon dehidrasi kata tetangga sipohon karet ngelantur, Aku makin cantik berkata pula Si Dinding turap yang berwarna merah marun yang baru di cat beberapa hari lewat, Kenapa aku cantik karena aku dipersiapkan untuk menghadapi sebuah acara perhelatan Nasional, katanya lagi padahal tahun lalu aku dibiar kan penuh dengan kurap dan panu katanya lagi, tapi tak apalah, Di bawah Si Turab terdengar pula suara sekarang belangku makin terang tukas Si Loneng pembatas jalan yang berwarna hitam putih “Oiii Oiiiiii ” sebuah suara menghentikan kata siturap yang sudah bersih dari kurap dan kata si loneng yang makin belang, Kembalikan sumbangan yang aku berikan, Tahun lalu aku pernah menyumbang pada kalian pasir, semen, ada bola kaki, bola volly untuk kalian bermain ada pula rebana untuk latihan nyanyi qasidah dan ada banyak lagi bantuan yang aku berikan ke kalian kata seorang gila sedang tiduran disamping turab yang tidak lagi berkurap, Si Gila memakai dasi belang-belang seperti belang nya si loneng, “Mungkin orang ini pernah nyaleg kalinya” kata sikakek FIM pada dirinya sambil menoleh pada sebuah rumah bagus, rumah itu jauh lebih bagus dari tahun sebelumnya, Biasa…? kata sikakek nyengir sambil memperlihat kan gigi tuanya yang masih sama dengan tahun lalu, Tahun ini aku rugi kata seorang Si Pedagang ketika Si Kakek FIM melewati sebuah pasar, Tahun ini aku untung tiga kali lipat kata teman disebelahnya yang berperut gendut sambil berkipas dengan handuk yang selalu disandang nya karena badannya selalu berpeluh karena kepanasan, Si Kakek melanjutka langkahnya memenuhi undangan seorang teman yang katanya cucunya berulang tahun, Tahun ini siswa kami lulus semua 100%, lebih baik dari tahun lalu kata seorang guru dengan bangga bercerita pada seorang wali murid, Si Kakek menoleh melihat gedung sekolah yang kurang terawat, ini sekolah tertua Di Negeri ini aku pernah disini gumamnya, Tahun ini aku naik kelas berkata pula seorang siswa sambil memasang sepatunya yang dekil dan koyak memperlihatkan jempol kakinya separuh tetapi dia terlihat gembira, Yang naik kelas itu orangnya bukan sepatunya, bukan pula jempol kakinya kata sikakek mudah-mudahan dia dapat sepatu baru dan peningkatan wawasan pengetahuan yang lebih pada tahun ini dan tahun-tahun berikutnya kata Si Kakek mudah-mudahan katanya lagi sambil berdo`a, Tiba-tiba sikakek FIM mendengar suara tangis campur sari dari seorang perempuan muda, Tahun kemaren engkau melamarku menjadi kekasihmu, Engkau cinta padaku aku pun cinta padamu Heeeeeee…He. He katanya sambil menangis lagi, Tahun ini dikau putuskan cintaku setelah dapatkan semua dariku Heeeeeee…He. He tangis campur sarinya nya lagi, Si Kakek FIM bergegas pergi sambil geleng-geleng kepala merasa, Geleng kepalanya masih sama dengan geleng tahun-tahun sebelumnya kekiri dan kekanan, Tiba-tiba sikakek FIM berhenti karena ada keramaian rupanya ada yang meningggal, Sayup-sayup terdengar suara diriringi gumam-gumam tak menentu dari ramainya orang, tahun lalu dia masih bersama kita dalam bermacam kegiatan Mancing, Ronda, Main Gaple, Yasinan, Sekarang engkau sudah tiada, Dan entah tahun kapan kita bisa ketemu lagi kata seseorang, Si Kakek tidak melihat siapa orang yang berkata, Orang ini waras atau tidak atau mungkin terlalu waras sehingga bisa berkata seperti itu membathin sikakek FIM belum beranjak dari tempanya berhenti tadi, Menunggu rombongan itu lewat begitulah adab yang di terima sikakek dari kakek-kakeknya dulu, Beberapa saat kemudian sikakek FIM terus berjalan untuk memenuhi undangan seorang teman katanya, Ulang tahu cucu katanya lagi ketika Si Teman menyampaikan kartu undangan kecil yang tidak lebih besar dari selembar KTP, Bunyinya untuk “Kakek FIM sayang” datang ya..? dalam rangka ulang tahun mimi yang ke-6 begitu bunyi undangan tersebut, Si Kakek tersenyum campur sari juga isinya anak umur 6 tahun mengundang seorang kakek pada acara ulang tahunnya, Lalu Si Kakek melanjutkan perjalannya memenuhi undangan katanya ketika ditanya, Sesampai pada sebuah simpang Si Kakek berhenti sesaat, Tahun lalu disini banyak sapi dan kambing berkeliaran tanpa pemilik, Mereka memakan dan merusak bunga-bunga cantik yang sangat disengaja ditanam oleh sipemilik rumah di sekitar sini, Dulu ditempat yang sama seseorang pernah nyeletuk dengan kesal mungkin karena tanamannya sering diganggu ternak tersebut, Katanya pemilik ternak itu mungkin sama akalnya dengan kambing dan sapi yang dipeliharanya, Untung tahun ini tidak ada lagi ternak-ternak tersebut berkeliaran, Apa pemiliknya sudah jadi manusia lagi sekarang..? Sehingga tahun ini tumbuhan dan bunga-bunga bermekaran dan suasana menjadi labih indah disini, Kemudian langkah Si Kakek memasuki sebuah halaman yang ditata dengan rapi bersih dan cukup indah, Disudut teras ada sebuah kolam kecil, Seingat Si Kakek tahun lalu kolam ini diisi ikan patin sekarang ditukar dengan ikan mas, Air kolam lebih bersih dari tahun lalu kata Si Pemilik rumah yang merupakan teman dari Si Kakek FIM, Ketika menoleh kekolam kecil itu, Si Ikan menyapa sikakek, Umur kami baru setengah tahun kata seekor ikan jadi belum bisa dan belum cukup umur untuk berulang tahun kata teman Si Ikan yang berekor sedikit panjang, Ngeong kata seekor kucing yang tahun lalu belum sebesar sekarang, Tahun lalu aku takut denga ikan disini karena ikannya punya sengat meooong.. atut.. katanya lagi sambil pergi, Tiba-tiba ada suara dari belakang sikakek, Umur kakek berapa…? kata seorang gadis kecil yang berpakaian indah, Rupanya ini yang ulang tahun gumam Si Kakek, Terbayang beberapa tahun lewat gadis kecil ini dalam gendongannya dan… umur kakek berapa kata suara mungil itu lagi, Si Kakek tersadar dari hanyut yang membawanya pada suatu tempat.
Umur kakek sudah lima puluh sembilan setengah tahun kata siakakek sambil meraih Si Gadis kecil kedalam gendongannya, Jadi kakek belum bisa ulang tahun katanya lagi sambil menerima potongan kue yang di sodorkan si gadis kecil, Dan berlalu masuk kedalam rumah yang ramai dengan suara-suara mungil teman sigadis kecil, Tahun ini saya masih bisa makan kue ulang tahun walaupun belum cukup umur untuk berulang tahun kata nya bergumam.
Nasrullah,( M.Art FIM)
25 April 20009

AKU SI SISIR SIKAT

Posted by pentas pekanbaru on , under | komentar (0)



Aku punya banyak nama dan penampilan yang menawan
Tugas utama Ku merapikan apapun yang kusut seputar rambut, mungkin juga untuk benang kusut, dengan berbagai bentuk dan jenisnya, ikal tebal lagi gimbal dan bisa dipintal, keriting berdenting lagi kering, rambut lurus halus kurus dan mulus, atau berombak yang beriak dan berminyak tetapi tidak botak, semua bisa aku rapikan, itulah aku.
Aku juga merapikan rambut dimanapun tumbuhnya diatas, bawah, tengah, samping, depan,belakang atau dimanapun, yang lekat atau menempel di tubuh-tubuh cantik atau jeleknya Si Manusia, mungkin juga merapikan rambut anjing-anjing yang juga keriting.
Aku tidak tahu kapan aku ada, mungkin rapilah jadi bidanku atau jadi ibuku, Di Negeri ini aku diberi nama sisir, dinegeri lain entah dengan nama apa, yang jelas tugas ku masih sama.
Seiring perkembangan zaman yang semakin tak nyaman, dan taman-tamannya yang tidak lagi aman dari setan-setan yang berkeliaran, lahirlah saudara dan pupuanku, dengan berbagai bahan dan tampilan yang berbeda, tugasnya masih sama dengan ku, tapi sedikit lebih khusus di tempat khusus pula, Cantik, indah, bersih menarik adalah bidan mereka
Seperti saudaraku, Si Sisir kutu yang bertugas mencari kutu, untuk kemudian ditindas diatas kuku, katanya sambil mengerutu, sering dipakai untuk pengamanan di taman yang katanya tidak aman, atau ketika Si Untung datang berkunjung untuk berhitung hal hal yang tidak buntung dan tidak pula murung, di jalan tanpa ujung yang banyak burung yang tidak bersayap,
mereka memanggil dan menugaskan sepupu untuk menyisir daerah tertentu, yang katanya mungkin ada kutu dan sekutu yang mengganggu Si untung yang akan pergi ke daerah itu,
Saudaraku yang lain yang bernama mascara, yang punya hobi dari pesta-kepesta, yang penuh dengan gelak tawa dari dara-dara atau kaum hawa dari kurawa, yang terus bersengketa, mascara sering berurusan dengan hal yang cantik-menyantik yang melentik tapi tidak mendelik untuk sebuah daya tarik supaya dilirik bagi yang tak tertarik, saudaraku jadi riang dan senang ketika melenggang timpang ditepi kolam renang yang kurang benang.
Banyak pupuanku yang lain, karena tugas yang berbeda mereka lebih sering disebut sikat, Si Sikat gigi misalnya, bertugas dari mulut kemulut yang penuh carut dan cemberut, makin kecut dan berbau busuk, dari taring taring tajam yang kadang berdarah, sampai kegeraham yang gemeletuk karena geram, sepupuku tidak takut, enjoi aja katanya, seperti remora yang tidak takut dengan hiu, karena tidak semua hiu makan ikan, hiu bintik yang hampir sebesar paus, makannya hanya plangton, bijak sana ya..? andai, Kalau Si Bintik makan ikan, mana.. untuk kita..?

Di Padang aku punya sepupu jauh, yang tidak bisa dikantongi atau masuk tas, ukurannya jauh lebih besar, bentuk dan tugasnya nya mirip dengan ku, hanya tidak lagi berurusan dengan rambut yang kusut, Sikat sawah nama pupuanku , berurusan dengan lumpur di sawah sawah yang sudah dibajak dengan bijak, dan kemudian diratakan sepupu ketika musim tanam tiba, karena ukurannya sepupu yang besar dan berat, Pupuan harus ditarik dengan sapi atau kerbau, sesekali ketika kerbau lelah, menyerah karena diperah, Si Petani yang jadi kerbau menarik pupuan, itulah sepupuku,
kelahiran pupuan tak diketahui, mungkin ketika aku masih balita, orang padang mengawinkan aku dengan bajak, atau mungkin aku pernah selingkuh dengan singkanya, “ lah dulu singka pado bajak “ mungkin..? kata orang Padang, aku tidak ingat.
Lain lagi dengan pupuanku Si Sikat kain yang berurusan dengan yang dekil penuh daki dari tengkuk sampai kaki, dari orang-orang yang tidak punya nyali dan hati yang menurani, dan noda-noda yang tidak mudah hilang dengan soda yang berbusa. Susah juga pupuan untuk menyikat, supaya kembali menurani dan tak lagi berbusa.
Pupuanku Si Sikat sepatu berurusan dari kulit mengulit supaya mengkilat, mulai dari kulit halus lembut berwarna putih yang disemir dengan paselin atau lilin, sampai pada kulit kasar dari ular yang disamak alakadar. Dari sepatu para kaisar sampai sepatu para laskar, itulah pupuan ku yang selulit dari kulit-kulit yang makin sempit.

Aku begitu penting untuk hal yang rapi, cantik dan indah, itulah karyaku, Aku lebih sering tenggelam, disimpan dalam kantong celana yang kelam, atau dalam tas yang berwarna temaram, kadang diselipkan dimana-mana dan dilupakan sampai Si Cantik dan rapi berobah nama jadi berantakan, kusut dan kalut.
Mungkin inilah sahabat dekatku, karena ketika Si kusut ada, aku dibutuhkan disana, aku Si sisir yang di depan letak nya dibelakang.
Aku sering juga ditemani oleh Si Gunting, ketika aku tidak mampu lagi merapikan katanya, karena menurutku rapi tidak harus dengan memangkas atau memotong Si Rambut alias Si Bulu, merapikan adalah merobah nama sahabatku dari Si amburadul, Si Kusut masai menjadi Si Cantik yang indah dan rapi.
Aku ingin merobah model yang lagi In, kata Si Bulu mengakhiri cerita ini

Nasrullah,( M.Art FIM)
4 mei 2009

Parkiran sarana buat pengunjung

Posted by pentas pekanbaru on , under | komentar (0)



Parkiran juga merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya Di suatu pusat keramaian .baik di mall - mall ataupun di pusat perkantoran instansi Pemerintah maupun swasta .pengunjung merasa tidak aman kalau parkirannya asal saja

Metropolitan City (MTC) Panam

Posted by pentas pekanbaru on , under | komentar (0)



PEKANBARU  Venue Outdor Parkiran reguler Metropolitan City (MTC) Panam Pekanbaru .Salah satu tempat untuk menyelenggarakan event arealnya yang cukup luas untuk parkiran dan juga terletak di tempat yang srategis daerah padat penduduk .Lokasi Jl.subrantas /Jl.Raya Pekanbaru Bangkinang
Gambar ini adalah salah satu event yang di adakan di sini
peluncuran produk baru sepeda motor Yahama, New Jupiter MX,