Latest News

ASA

Minggu, 23 Januari 2011 , Posted by pentas pekanbaru at 08.19

Ebun di hausnya gobi
sampanye di pestanya kaisar
lollipop ditangan balita-balita
yang tak tergantikan oleh mimik yang mulai pahit
ketika undangan makan yang tidak ditampik dua kali
basa-basi jadi usang dari kelayaan
pandawa jadi kurawa
nener tidak lagi di air
dan tepian tidak lagi punya perahu
daun dan batang jadi batunya sungai
plangton tidak lagi jadi makanan paus
satu tidak lagi bernilai tunggal
fatamorgana penuh ditengah sahara hijau
harakiri bukanlah pilihan
langit lah penantian
Nasrullah,( M.Art FIM)
4 mei 2009



M A R T
Lahir
Dari
Sunyinya perang yang tak pernah pecah
bom bom dikebiri, dalam ledakan
senapan laras panjang yang tak meletup, jadi hiasan
anak-anak panah tak berbusur, jadi kebanggaan
tali kekang tersimpul mati, jadi kuda tunggangan
pasukan perang yang tak diberangkatkan
tawanan perang yang tak di tebus dalam kungkungan
Dari
Rumah-rumah tua tak berpintu dalam ketukan
jendela jendela yang terkunci jadi intipan
Tangga-tangga yang terlalu panjang untuk ditapak
Panggung-panggung terpanggang api kesunyian
Dimenara-menara gading yang melenakan
Bola-bola yang tak lagi bergulir
Air tak mengalir
Biola tak lagi digesek
Dari
Tanya tak terjawab
Surat-surat tak berbalas
Pesan-pesan tak terbaca
Kata cinta yang tak pernah terucap
Burung-burung patah sayap
Berminpi untuk terbang
Dari
Bias cahaya dari jauh
selera yang tertahan lama
rasa lapar yang tak terpuasa kan
sahurnya dimana
entah berbukanya
Lahir
Dari
Laparnya Dahaga
Tersengat, yang berbisa harap
Bapak-bapak muda tak bernama
Cok daulay tak berdaulat berharap religi
Hidung Nenas panas bebulu gatal
Murthawi yang tak murtad dari puisi
Topan yang berhembus dalam semilir
Bule-bule kecil nakal dari timur
Datuk-datuk yang tak mau dilewakan

Lahir
Dari
Kandungan bapak-bapak yang tak keibuan
Prematur yang berharap hidup lama
Dari napas-napas, pendakian panjang
Bagai ficus di tembolok murai
Tumbuh dalam pot terpisah
Merangkai tangga naik, di penurunan
Mengayam jembatan perantara
Membakar puntung-puntung pengapian
Menunggui rumah-rumah tua yang di tinggalkan
Menggali perigi-perigi di dalam keangkuhan
Mengaliri ladang-ladang
Sawah-sawah yang tak lagi berlumpur
kembali berbulir
di kerumunan pipit
disuatu pagi Nasrullah,( M.Art FIM)
10 mei 2009

BENING
Andai ada warna yang membentang
Antara Tebing hitam dan putih
Tak harus turun kejurang, berkubang lumpur abu-abu
Berharap bening sebagai warna


Nasrullah,( M.Art FIM)
13 mei 2009




KATA
Kata demi kata
Mengaliri relung-relung
Mendesah resah tak terarah
Kata demi kata mengalir tak tertuliskan
Tak melidah diujung bibir, yang getir…
Pengap, mengendap menunggu luap yang tak sedap
Bertiup, redup, meletup di hati yang mulai tak hidup
Mengelam, hitam di makam-makam

Kata-kata mengalir, membanjir
Menumpuk mengelembung menggila di otak yang berontak
Memenuhi ruang-ruang penghalang
Kata mengalir makin deras , getir, ketir, keriiiing
Meretak, meretas otak, menggelegak memecah udara dalam jumawa
Raaak. Raaaak. Raaaaak …..Duuaaaaarrr..
Kata-kata menyerpih seperti buih, mengudara
Menyirat hasrat yang tak munajat
Kata-kata khianat , bejat, berkarat
Menderas bak hujan, memenuhi otak-otak, berontak
Melayang terbang , menyerak, serak , memenuhi hamparan
Mengelegarr , halilintar, Kasar..
Merona meraaaaaah, mengurat daraaaah..
Kata-kata pecaaaah…buncah menyerapah
Memetir memercik api perang, tanpa genderang,

Kata-kata terus mengalir


Nasrullah,( M.Art FIM)
13 mei 2009



Dalam renung ku…
Berharap….
berjalan
Dikemiringan tanpa tergelincir
Melangkah
Di api tanpa hagus terbakar
Merancah Hitamnya lumpur tanpa bercak noda
Larut dikesedihan tanpa derai air mata
Terluka tanpa lelehan darah
Pancung yang tak memenggal kepala
Harap …
Lecutan-lecutan yang tak memburat pedih
Menapak tanpa merangkak
Mendaki terjalnya karang tak melepuhkan tapak kaki
Merambah semak berduri tanpa goresan
Pada pendakian panjang yang tak menyesakkan napas
Harap…
Berlayar tanpa gelombang-gelombang yang memecah biduk
Berenang tak kuyup yang membasahi tubuh
Harap itu Tak kutemukan
Tak kudapat sampai hari ini
Tiba-tiba
aku
Terjerembab
Terdiam
Tenggelam
dalam kadar rasa sakit yang makin menipis dan menipis
tanpa tangis
keluh lah jadi nyanyian yang indah
terang yang benderang
yang membuka pintu-pintu
begitu bening……
dalam hamparan keluasan arif yang kian hidup

Nasrullah,( M.Art FIM)
18 mei 2009

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar